Assalamualaikum Wr.Wb.
Apa kabar sobat ? semoga sehat wal'afiat . . .
Apa kabar sobat ? semoga sehat wal'afiat . . .
Malam ini saya ingin
berbagi sedikit mengenai resep-resep para intelektual masa lalu. . .
Kita mengetahui sejarah masa silam perkembangan para intelektual, cendikiawan yang luar biasa. Bak cendawa di musim hujan, perpustakaan-perpustakaan berdiri dimana-mana, forum-forum ilmiah digelar hampir setiap hari. Di masjid, pinggiran jalan, dikedai, dipasar, para intelektual dan cendikiawan berkumpul untuk mengudar pengetahuan dan melakukan penerjemahan karya-karya agung sebelum mereka.
Nah, tentu saja, kita tidak boleh
terpaku pada kejayaan masa silam. Sebagai generasi penerus , tugas kita adalah
membangkitkan kembali kejayaan yang pernah ada. Sejarah masa silam hanya akan
berarti jika kita mau memetik pelajaran darinya, lalu menjadikan senjata uuntuk
menghadapi masa kini. Apa yang dari masa silam, perlu kita ambil dan kita
kembangkan.
Syaikh
Az-Zarnuji dalam bukunya Ta’lim
Almuta’llim ia menarik sebuah kesimpulan yang ia jadikan sebagai kunci keberhasilan para pencari ilmu itu.
Yaitu cerdas, rakus terhadap ilmu pengetahuan, memiliki kesabaran yang tinggi,
biaya memadai, petunjuk guru, serta memakan waktu yang lama.
1. Cerdas
Tanpa sebuah kecerdasan, pergulatan inteletual akan berjalan sia-sia. Alih-alih kesuksesan yang bakal diraih, sebaliknya, seperti buruk gagak bermimpi memiliki bulu putih, kesuksesan hanya akan menjadi impian semu. Apakah ini berarti bahwa pengetahuan hanya diperuntukan bagi orang-orang tertentu saja dengan menyisihkan jenis orang-orang yang lain ? eitsss.....tunggu dulu, tentu saja tidak.
1. Cerdas
Tanpa sebuah kecerdasan, pergulatan inteletual akan berjalan sia-sia. Alih-alih kesuksesan yang bakal diraih, sebaliknya, seperti buruk gagak bermimpi memiliki bulu putih, kesuksesan hanya akan menjadi impian semu. Apakah ini berarti bahwa pengetahuan hanya diperuntukan bagi orang-orang tertentu saja dengan menyisihkan jenis orang-orang yang lain ? eitsss.....tunggu dulu, tentu saja tidak.
Termaktub dalam
kitab ta’lim Almuta’llim, syaikh Az-zarnuji menyajikan suatu rekaman dialog
antara Imam Abu Hanifah dengan muridnya abu Yusuf yang juga menjadi seorang
ulama kenamaan. Kata Abu Hanifah,
“sesungguhnya kamu itu dungu (di bawah bodoh). Namun karena rajin dan tak kenal menyerah, engkau menjadi cerdas. Laksana batu yang keras yang bisa ditaklukkan oleh air yang
begitu lembut, apalagi otak ini.
Kecerdasan bukanlah sesuatu yang tetap atau sesuatu yang
given sejak lahir, melainkan satu keadaan di mana semua potensi terbuka lebar.
Rakus didalam ilmu
pengetahuan, artinya selalu merasa kurang atas setiap pembelajaran yang
diterima. Tak cukup hany sekedar membaca, seorang yang rakus, menuntut hafal atas bacaannya. Tak
cukup hanya menghafal, seorang rakus memnuntut paham atas pelajaran yang telah
ia hapal. Tak cukup hanya paham dan hapal, seorang yang rakus menuntut
didiskusikannya pelajaran yang ia pahami dan hapalan itu, untuk memperoleh cara
pandang yang baru, begitu seterusnya.
Berjalan di Medan
pengetahuan, bukanlah sesuatu yang indah dan menyenangkan. Banyak sekali yang
harus dikorbankan, diantaranya waktu dan kesempatan untuk bersenang-senang.
Sementara itu untuk menggapai pengetahuan dibutuhkan waktu yang sangat panjang.
Atas semua kepedihan itu hanya orang-orang yang sabar yang mampu bertahan
didalamnya.
Jika kita melihat
dari apa yang telah dilakukan oleh para ilmuan kita pada masa itu, untuk
memperkaya wacana mereka, seorang intelektual harus menempuh perjalanan dari suatu negara ke
negara lain selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan buku-buku baik dari ulama
lain pada masa itu atau buku para ilmuan sebelumnya. Yang pasti itu semua
memerlukan biaya yang tidak sedikit, bekal yang mencukupi.
Tentu saja,
presyarat ini, tidak dimaksudkan untuk menghala-halangi orang yang tidak
memiliki kekayaan materi. Sebaliknya, walaupun bukan satu-satunya jalan keluar,
persoalan ini hendakya menjadi renungan bagi para hartawan, juga pemerintah.
Bahwa tanpa dukungan mereka, kemajuan peradaban yang ditandai dengan lahirnya
intelektual kenamaan, hanyalah impian di siang bolong.
Sejarah mencatat,
pertumbuhan pengetahuan yang mengagumkan di era kejayaan islam, tak bisa lepas
dari perhatian yang tinggi dari para raja pada masa itu, juga kaum bangsawan di
dunia pengetahuan.
Seperti rasa butuh
kita kepada seorang pemandu saat kita menjelajah hutan lebat, seperti itulah
kira-kira gambaran kebutuhan seorang pelajar kepada gurunya. Dari sang pemandu
tadilah kita bisa mengetahui jalan mana yang perlu dihindari karena
membahayakan dan tempat mana yang layak digunakan untuk istirahat.
Apakah tanpa
pemandu, petualangan tidak bisa dilansungkan? Tentu bisa, namun akan memiliki
resiko yang lebih besar daripada dibimbing oleh pemandu. Dan pastilah
petualangan menjadi susah, karena karus menemukan sendiri seperti hal-hal yang
disebut diatas.
Seperti itulah
kira-kira gambaran orang yang belajar tanpa bimbingan seorang guru. Guru adalah
orang yang lebih mengr=erti lebih dahulu dari pada kita. Pengertian-pengertian
yang diajarkannya, yang akan kita jadikan pijakan untuk mencapai pengertian
yang lain, dengan demikian ilmu berkembang ke depan.
Tentang lamanya
waktu, syaikh Az-Zarnujimencontohkan keberhasilan beberapa ulama, diantaranya
yaitu Imam Bukhari (265 H./878 M.) ahli hadist termasyhur, untuk mengumpulkan
hadist yang shahih, mulanya ia mengumpulkan hadist dio negerinya sendiri,
Bukhara. Kemudian ia melewati ke Balach. Disana, didengarnya beberapa hadis
dari ahli hadist. Sedudah itu, ia melawat ke Marw, Naisabur, Ar-Rai, Baqdad,
basrah, kufah, Makkah, Madinah, Mesir , Damaskus, Qisariah, ‘Asqalan dan Hims.
Pada tiap-tiap negeri itu dikumpulkannya beberapa hadist dari ahli hadist.
Perlawatannya, memakai waktu 16 tahun
lamanya. Kemudian ia kembali ke tanah airnya.
Nah, itu lah semua resep-resep jitu nan maxnyous yang dapat saya suguhkan pada postingan kali
ini, dan saya ucapkan terimakasih atas kesediaan anda untuk membaca artikel
yang sederhana ini, dan mohon maaf atas
kesalahan penulisan. Semoga bermanfaat...!
Kutipan buku : landasan Etika Belajar Santri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar